Selasa, 18 November 2014

EKOSISTEM BUDIDAYA PEMBENIHAN IKAN BANDENG



EKOSISTEM BUDIDAYA PEMBENIHAN IKAN BANDENG
A. SISTEM BUDI DAYA INTENSIF
Pola pengelolaan usaha budidaya perairan intensif banyak diterapkan pada budidaya air tawar dan tambak. Teknologi budidaya intensif ditandai dengan:
1.      Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak tambak untuk budidaya udang dan bandeng antara 0,2-0,5 ha, walaupun ada pada petak yang luasnya 1,0 ha yang dikelola secara intensif
2.      Persiapan lahan untuk pemeliharaan (pengelolaan tanah dan perbaikan wadah budidaya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan bahan kimia) menjadi sangat mutlak dibutuhkan.
3.      Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan yang diberikan secara teratur.
4.      Penggunaan sarana budidaya untuk mendukung usaha budidaya, seperti pompa dan aerator.
5.      Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Pada budidaya ikan bandeng dan udang windu di tambak mencapai > 4 ton/ha/musim tanam.

Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya intensif ialah kolam air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan KJA. Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya perairan. Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah. Pada budidaya udang (Panaeus sp.), teknologi ini telah menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena ketidaksesuaian lahan maupun karena usaha petambak yang terus menggenjot produksi tanpa memikirkan daya dukung lingkungan. Budidaya udang di negara-negara di Asia telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang parah karena penerapan teknologi budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang ditimbulkannya.





Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah tambak yang dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara ekstensif dan semi-intensif masih dapat berproduksi. Tambak intensif menghasilkan limbah yang “luar biasa” berasal dari pakan. Kebutuhan pakan buatan yang bisa mencapai 60% alokasi biaya oprasional tambak intensif adalah pemasok terbesar bahan organik di tambak. Pakan yang sebagian besar berupa bahan organik (terutama organik C dan N) akan membanjiri tambak dengan bahan organik berupa senyawa nitogen sebesar 93%. Selebihnya, sisa senyawa nitrogen yang 2% berasal dari pupuk serta bahan lain yang terbawa air dan masuk petakan sebesar 5%. Begitu juga dengan fosfor (P), masukan fosfor terbesar di tambak adalah pakan sekitar47%, sedangkan sisanya dari pupuk sebesar 37%, air sekitar 2%, dan dari sumber lainnya tidak lebih dari 17%. Limbah dari sisa pakan dan fese biota budidaya, baik yang terakumulasi di dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran serta berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Pada budidaya kerang/tiram yang menggunakan tonggak disuatu daerah telah mengakibatkan akumulasi lumpur dan erosi pada dasar perairan.

B. SISTEM BUDI DAYA EKSTENSIF
            Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional sangat sederhana, dan padat penebaran yang rendah. Pada budidaya bandeng (Chanos chanos) di tambak misalnya, nener (benih bandeng) ditebar dengan kepatan 3.000-5.000 ekor/ha atau 0,3-0,5 ekor/m². Dengan padat penebran tersebut dipanen ikan bandeng 300-1000 kg/ha/musim. Padat penebaran yang rendah juga diterapkan pada kolam air tawar. Di air tawar, petani ikan menangkap berbagai jenis ikan di perairan umum (sungai, danau, waduk, atau rawa-rawa), kemudian dipelihara di berbagai wadah pembesaran (kolam, keramba, sangkar, dan lain-lain). Biota yang ditebar terdiri atas berbagai jenis dan padat penebaran yang rendah. Pertumbuhan ikan bergantung pada kesuburan perairan. Sewaktu-waktu petani memberi makanan tambahan berupa sisa-sisa dapur pada ikan peliharannya.




Table 1. padat penebaran system budidaya perikanan
Pola Pengelolaan
Padat Penebaran/m2
Padat Penebaran/ha
Produksi(kg/ha/musim)
Ekstensif
0,3-0,8
3.000-8000
300-2.000
Semi Intensif
1-2
10.000-20.000
2.000-3.000
Intensif
3-5
20.000-50.000
4.000-5.000

Karena produktivitas yang rendah, maka dilakukanlah perbaikan pengelolaan. Perbaikan kolam dan tambak pemeliharaan dilakukan sehingga sehingga memungkinkan pergantian air yang lebih baik. Sebelum dilakukan penebaran benih, dilakukan pengolahan tanah, seperti pembajakan, pengapuran, dan pemupukan untuk meningkatkan jumlah pakan alami. Pengelolaan budidaya sistem ekstensif plus atau tradisional plus adalah perbaikan dari sistem ekstensif. Pada sistem ekstensif, biota budidaya yang dipelihara dalam kolam, tambak, atau wadah lainnya bergantung sepenuhnya pada pakan alami. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh pembudidaya setelah menebar atau memasukkan benih ke dalam wadah pemeliharaan. Pada sistem ekstensif plus, sekalipun biota budidaya masih bergantung pada pakan alami, pumbudidaya telah melakukan beberapa kegiatan untuk membantu penyedian pakan alami sehingga memungkinkan ditingkatkan padat penebaran (Omtimo,2011).













C. SISTEM BUDI DAYA SEMI INTENSIF
1.      Pola pengelolaan usaha budi daya perairan semi-intensif merupakan perbaikan dari pola eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki. Penerapan pola semi -intensif dicirikan dari beberapa faktor:
2.      Petak (pada tambak) pemeliharaan biota lebih kecil dibandingkan pada pengelolaan ekstensif dan ekstensif plus
3.      Padat penebaran lebih tinggi. Pada ikan bandeng antara 1-2 ekor/m2, sedangkan pada udang windu antara 5-20 ekor/m2
4.      Kegiatan pengelolaan wadah pemeliharaan semakin banyak. Pada tambak, kegiatan dimulai dari pengelolaan tanah, pengapuran,dan pemupukan. Selama pemeliharaan, biota budi daya juga diberikan pakan buatan dan tambahan secara teratur, 1-2 kali/hari.
5.      Pengantian air dilakukan 5-20% setiap hari (tabel dibawah)
    Table 2. Perbandingan Pola Pengelolaan Pada Budidaya Udang di Tambak
Variable
Ekstensif
Semi-Intensif
Intensif
Luas petakan (ha), padat tebar (ekor/m2)
>1<5
0,5-20
0,2>20
Pakan
Alami+tambahan
Buatan+tambahan
Buatan
Volume ganti air (%/hari)
Bergantung/dikondisikan
5-20
5-30

Sistem pengelolaan semi-intensif merupakan teknologi budi daya yang dianggap cocok untuk budi daya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha dalam jangka waktu yang lebih lama. Manajemen pengelolaan tambak semi-intensif tidak serumit tambak intensif. Itu karena padat penebaran benur/benih yang tidak terlalu tinggi dan kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Penurunan kualitas air juga tidak sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karena akibat dari penumpukan limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang. Sisa-sisa dan kotoran semakin menumpuk sejalan dengan aktifitas budi daya. namun, pada tambak semi-intensif, kualitas air masih bisa dipertahankan dalam kondisi yang cukup baik hingga menjelang panen.

Jangan Lupa Follow Twitter saya @DIWANS_
TERIMA KASIH

2 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus